6/22/2014

JOKOWI DIKALAHKAN PENDUKUNGNYA

Usai menyelenggarakan pemulihan umum, dari hasil tersebut akhirnya hanya bisa memunculkan  dua calon presiden. Yaitu pasangan Jokowi - Kalla yang diusung PDI Perjuangan dan pasangan Prabowo - Hatta yang diusung Gerindra dan PAN.
Sesusunggah kalo dilihat dari elektabilitas nya, pasangan Jokowi -Kalla memiliki modal yang lebih baik. Jokowi adalah balon presiden yang selalu memenangi dukungan pada hampir semua survey. Namun demikian Prabowo juga merupakan balon yang mempunyai dukungan kuat, tapi posisi nya dibawah Jokowi.
Dari modal tersebut seharusnya Jokowi lebih potensial untuk menggelembungkan dukungan ketika bersaing di pilpres ini. Namun demikian, beberapa survey dan pendapat beberapa pakar yang menyatakan justru pasangan Jokowi Kalla mengalami stagnasi, bahkan ada kenderungan menurun. Sementara pasangan Prabowo Hatta perlahan merangkak naik.

Tidak belajar dari pengalaman
Sebenar nya pengalaman dalam pemilu legislatif harus menjadi pengalaman berharga bagi pengusung Jokowi - JK. Perolehan suara PDIP, meski memenangi pemilu, sama sekali tidak menggambar kan moncernya elektabilitas Jokowi dalam berbagai survei. Artinya ada dua kesimpulan, yang pertama: pendukung Jokowi tidak selalu mendukung PDIP. Kedua: riil pendukung Jokowi adalah hasil peroleh an suara PDIP. Ingat, jangan terlalu percaya hasil survei. Prediksi lembaga survei yang menyatakan remuknya dukungan beberapa partai seperti PKS dan Demokrat tidak sepenuhnya benar. Padahal kehancuran dua partai itu tergambar dalam berbagai survei.
Selanjutnya, banyak pilkada yang kandidatnya didukung oleh Jokowi sebagai jurkam tetap kalah. Faktor Jokowi tidak signifikan mendongkrak suara dalam pilkada.

Namun nampak nya, kenyataan diatas kurang dipertimbangkan oleh pengusung Jokowi dalam pilpres. Muncul nya nama Yusuf Kalla yang notabene kader Golkar tanpa dukungan partai, menunjukkan PDIP sangat yakin pada sosok Jokowi. Keengganan PDIP untuk berkoalisi juga menunjukkan dengan jelas keyakinan partai tersebut pada Jokowi.

Sesungguhnya, secara pribadi Jokowi telah membangun elektabilitas nya sendiri dengan prestasi nya sebagai kepala daerah dan sosoknya yang mudah diterima oleh masyarakat. Dan media menjadi kannya sosok alternatif yang mampu memberi harapan.

Namun kebesaran sosok jokowi kemudian banyak dimanfaatkan oleh orang atau pihak dengan tujuan dan barangkali, target target politik nya sendiri.

Jokowi bukan hanya memiliki pendukung didunia nyata, ia juga memiliki pendukung didunia maya. Terutama di sosmed, tidak dipungkiri mereka turut melambungkan sosok Jokowi, tetapi kemudian. Dunia maya adalah dunia yang hampir tanpa kontrol. Dan saya yakin, Jokowi tidak mungkin bisa mengontrol fans nya didunia maya dan apa yang mereka lakukan untuk mengekspresikan dikunganya pada sosok jokowi. Celakanya, citra jokowi banyak dibangun disini. Berikut beberapa citra yang berdampak negatif pada Jokowi:
1. Mewakili kekuatan anti Islam.
PDIP sebagai sebagai tempat aliansi politik jokowi memang memiliki akar historis yang bersebrangan secara ideologis, meski pada tataran praktis, bisa jadi tidak ada masalah khusus. Tetapi kemudian perbedaan ideologis ini mengerucut didunia maya dengan bahasa yang tidak terkontrol. Agama berbeda dengan ideologi, ada ranah sakral agama yang tabu untuk disentuh, nah batasan ini banyak dilanggar oleh pendukung jokowi disosmed, sehingga muslimin yang buta politikpun akan terusik jika ranah sakral itu dilewati. Sehingga muncul stigma bahwa jokowi pada posisi anti Islam. Akibatnya, hari ini jokowi harus bersusah payah mengeliminir citra ini.

2. Jokowi anti kritik dan keras terhadap lawan politik.
Tidak dipungkiri bahwa di sosmed, jokowi memiliki fans radikal( saya berkhusnudzan). Fans radikal itu tidak diorganisir jokowi, karena itu tindakan yang kontraproduktif. Para fans itu banyak yang mengganyang habis siapapun yang berani mengkritik jokowi, akibat nya seakan itu menjadi representasi jokowi.

Diluar dari itu, timsukses jokowi Jk gagal menempatkan posisi nya terutama berhadapan dengan umat Islam. Suka atau tidak suka umat Islam menjadi faktor penentu kemenangan kepemimpinan nasional. Sehingga selayaknya mereka menehan diri dari isu isu yang menjauhkan dari umat Islam seperti:
- pengapusan kolom agama di KTP
- penghapusan SKB tentang pendirian tempat ibadah.
- penghapus an perda Syariah.
- isu pluralisme yang berlaihan

Jokowi memaksa umat Islam mendukung Prabowo.
Sesungguhnya tidak ada pilihan ideal bagi umat dalam pilpres bagi umat. Jokowi maupun prabowo bukan figur yang bisa memberi harapan untuk menyalurkan aspirasi umat. Tapi kemudian umat dipaksa keadaan harus memilih. Akibat ketidakmampuan timses jokowi membangun komunikasi yang baik dengan umat Islam, akhirnya banyak dari elemen umat Islam "terpaksa " mendukung Prabowo.

Sesungguhnya masih ada waktu untuk bekerja, tinggal bagaimana pendukung jokowi bisa realistis bahwa, di samping mereka masih ada masyarakat yang berbeda pandangan secara ideologis maupun implementasi nya dalam ttaran sosial, ekonomi dan budaya.
Jangan sampai jerih payah jokowi, dihancurkan justru oleh pendukung nya.

Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Kepemimpinan dalam berfungsi untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengatur setiap pelaksanaan syariat. Ada beberapa istilah k...