9/09/2023

Apa misi para Rasul?

 Surah An-Nisa Ayat 165 dan tafsirnya menerangkan salah satu alasan Allah SWT mengutus para Rasul agar orang-orang durhaka dan kafir tidak membuat alasan di akhirat nanti.

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا ﴿ ١٦٥

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


ayat ini menerangkan, Allah telah mengutus para Rasul yang sebagian telah dikisahkan dan sebagian lagi tidak, supaya mereka menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar di akhirat dan memberi peringatan kepada orang-orang kafir dan durhaka, bahwa mereka akan mendapat siksa dalam api neraka.


Dan kalau mereka Kami binasakan dengan suatu siksaan sebelum (Alquran itu diturunkan), tentulah mereka berkata, 

وَلَوْ أَنَّآ أَهْلَكْنَٰهُم بِعَذَابٍ مِّن قَبْلِهِۦ لَقَالُوا۟ رَبَّنَا لَوْلَآ أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ ءَايَٰتِكَ مِن قَبْلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخْزَىٰ


"Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang Rasul kepada kami, sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?" (QS Thaha: 134)

bahwa hikmah diutusnya para Rasul itu ialah untuk membatalkan hujah atau alasan orang kafir nanti pada hari kiamat.


Begitu juga dijelaskan ayat lainnya;

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'," (Surat Al Anbiya ayat 25).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Surat an Nahl ayat 36).

Menurut cendikiawan Muslim asal Turki, Muhammad Fethullah Gulen, ayat tersebut menunjukkan diutusnya para rasul adalah menghindarkan umat manusia dari penyembahan terhadap berhala, membimbing untuk beribadah kepada Allah, dan menjadi teladan bagi manusia. 

"Namun, berkenaan dengan tujuan diutusnya Rasulullah tampaknya agak sedikit berbeda dengan para Rasul lain. Beliau diutus menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil al alamin) dan sekaligus memikul tanggung jawab berdakwah menyeru segenap umat manusia dan jin menuju penghambaan diri kepada Allah," jelas Gulen dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ (٣٦)

36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya [827]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Allah mengutus Rasul-Nya untuk memisahkann antara haq dan batil

Quran Surat al-Furqan ayat 1: 

تَبٰرَكَ الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلٰى عَبْدِهٖ لِيَكُوْنَ لِلْعٰلَمِيْنَ نَذِيْرًا ۙ
Terjemahan
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).

Mengenai misi suci Nabi Muhammad dan Quran itu dapat pula dibaca di Surat asy-Syura ayat 7

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗفَرِيْقٌ فِى الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِى السَّعِيْرِ
Terjemahan
Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur'an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibukota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.

al-Qalam ayat 52, 

وَمَا هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَ ࣖ  52. 

Padahal (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam.

Tafsir
Padahal Al-Qur’an itu tidak lain adalah peringatan, nasihat dan pengajaran bagi seluruh alam.
Dalam ayat ini, Allah mengatakan dengan tegas bahwa Al-Qur'an itu berisi petunjuk dan pelajaran untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ia diperuntukkan bagi seluruh manusia di mana pun mereka berada, baik bagi penduduk negeri-negeri yang telah maju ataupun bagi penduduk negeri yang sedang berkembang atau terbelakang, baik untuk orang yang pintar maupun untuk orang yang bodoh, baik penduduk kota maupun penduduk desa, baik bagi orang yang kaya maupun bagi orang-orang yang miskin, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap orang dapat belajar memahami dan mempelajari Al-Qur'an, asal ia mempunyai sikap akan menerima setiap kebenaran yang disampaikan kepadanya. Jika seseorang belum mempunyai sikap yang demikian, walaupun hati dan pikirannya telah menerima kebenaran Al-Qur'an, namun hawa nafsunya memerintahkan agar ia menentang Al-Qur'an itu dan mengatakannya sebagai buatan manusia atau tuduhan lainnya.

Berapa banyak orang yang terus-menerus melawan kebenaran dan keadilan karena memperturutkan hawa nafsunya, seperti hawa nafsu ingin pangkat, kedudukan, harta yang banyak, takut dipencilkan oleh golongannya, takut meninggalkan kepercayaan nenek moyangnya, dan sebagainya. Betapa banyak orang yang bersedia membunuh teman, saudara kandung, bahkan ayah dan ibunya karena mengiuti hawa nafsunya.

Muhammad saw adalah seorang nabi dan rasul Allah yang telah terbukti kejujurannya, seorang yang dihormati dan dipercayai oleh kaumnya, adil sempurna akal pikirannya, tidak seorang pun yang mengingkarinya. Setelah beliau diangkat Allah sebagai nabi dan rasul, timbullah rasa benci itu, karena mengikuti Muhammad saw berarti meninggalkan pangkat, harta, kesenangan, dan kesewenang-wenangan

dan at-Takwir ayat 27, 

اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعٰلَمِيْنَۙ 27. (Al-Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam, 

Tafsir
Al-Qur’an itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam. Al-Qur’an menjelaskan segala sesuatu untuk kebaikan manusia, baik urusan dunia maupun akhirat; mereka yang berbuat baik akan mendapat pahala dan surga, dan yang berbuat jahat akan mendapat dosa dan neraka.
Kemudian Allah menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tiada lain hanya peringatan bagi semesta alam, bagi mereka yang mempunyai hati cenderung kepada kebaikan. Namun demikian, tidak semua manusia dapat mengambil manfaat dari Al-Qur'an ini. Yang mengambil manfaat ialah siapa yang mau menempuh jalan yang lurus. Adapun orang yang menyimpang dari jalan itu, maka ia tidak dapat mengambil manfaat dari peringatan Al-Qur'an.

yakni misi suci untuk seluruh dunia!

Silahkan juga baca Quran Surat al-Bara’ah (at-Taubah) ayat 128: ”Sesungguhnya telah datang seorang Rasul kepada kamu dari golongan kamu. Dia merasa berat akan penderitaan kamu, penuh keinginannya terhadap keinginanmu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”

Dengan ayat itu terbukti bahwa Nabi Muhammad menempatkan diri sebagai Rasul dan pemimpin umat. Merasa duka-cita atas penderitaan yang menimpa umat manusia. Baik berupa kerusakan kerohanian/moral dan keruntuhan budi dan pekerti ataupun cekcok yang tiada habis-habisnya di kalangan masyarakat. Begitu pula berupa kesulitan-kesulitan hidup/mencari nafkah di kalangan rakyat.

Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Kepemimpinan dalam berfungsi untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengatur setiap pelaksanaan syariat. Ada beberapa istilah ...