“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di tengah arus kehidupan yang serba cepat dan konsumtif, sikap wara’ (berhati-hati terhadap perkara halal, haram, dan syubhat) seringkali dianggap tidak relevan. Padahal, justru di situlah letak kekuatan spiritual para tokoh agung umat ini—Rasulullah ﷺ, para sahabat, dan para ulama salaf.
Mereka tidak sekadar menjaga ibadah lahiriah, tetapi juga sangat selektif terhadap apa yang mereka makan. Sebab, makanan adalah bahan bakar ruhani. Jika ia berasal dari yang haram atau syubhat, akan menggelapkan hati dan menutup jalan keberkahan.
Berikut adalah kisah-kisah inspiratif dari mereka.
1. Rasulullah ﷺ: Menjauhi Syubhat Walau Satu Butir Kurma
Suatu hari, Nabi Muhammad ﷺ melihat kurma tergeletak di rumah. Beliau berkata:
"لَوْلَا أَنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُونَ مِنَ التَّصَدُّقِ، لَأَكَلْتُهَا"
"Seandainya aku tidak khawatir kurma ini berasal dari sedekah, pasti sudah aku makan." (HR. Bukhari)
Rasulullah ﷺ sangat berhati-hati. Padahal kurma itu hanya sebiji, dan beliau saat itu dalam keadaan lapar. Tapi kehati-hatian terhadap syubhat menjadi bagian dari iman.
2. Abu Bakar ash-Shiddiq: Memuntahkan Makanan Setelah Tahu Asalnya
Pernah budak Abu Bakar memberinya makanan. Setelah dimakan, budak itu berkata bahwa ia memperolehnya dari hasil perdukunan di masa jahiliah. Spontan, Abu Bakar memasukkan jari ke mulutnya dan memuntahkan makanan itu.
Beliau berkata:
"اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِمَّا أَكَلْتُ، وَإِنَّهُ لَا يَدْخُلُ بَطْنِي حَرَامٌ وَأَنَا أَعْلَمُ"
"Ya Allah, aku memohon ampun atas apa yang telah aku makan. Tidak akan masuk ke dalam perutku sesuatu yang haram sedangkan aku mengetahuinya."
Begitu tinggi kehati-hatian Abu Bakar terhadap asal makanan yang ia konsumsi.
3. Umar bin Khattab: Tidak Mau Menikmati Harta Negara
Khalifah Umar menerima hadiah manisan dari Syam. Ketika tahu hadiah itu dibawa oleh utusan negara, ia berkata:
"لَوْلَا أَنَّكُمْ أُمَرَاءُ الرَّسُولِ مَا أُتِيتُمْ بِهَذَا"
"Kalau bukan karena kalian adalah utusan negara, apakah kalian bisa mendapatkan ini?"
Umar pun menolaknya. Ia khawatir itu termasuk fasilitas negara yang bukan hak pribadinya.
4. Imam Malik: Tidak Makan Makanan dari Gubernur
Ketika Imam Malik ditawari makanan oleh Gubernur Madinah, ia menolaknya. Ia berkata:
"لَا أَدْرِي أَمِنْ حَلَالٍ هُوَ أَمْ مِنْ حَرَامٍ"
"Aku tidak tahu apakah makanan itu berasal dari yang halal atau haram."
Sikap ini menunjukkan kewaspadaan luar biasa dari Imam Malik terhadap potensi syubhat dalam harta pejabat.
5. Imam Ahmad bin Hanbal: Bertanya Sebelum Menerima Makanan
Dalam kondisi sangat lapar, Imam Ahmad ditawari makanan. Tapi beliau bertanya dulu:
"مِمَّنْ كَسَبْتَ هَذَا الطَّعَامَ؟"
"Dari mana engkau memperoleh makanan ini?"
Karena orang itu bekerja di bawah penguasa, Imam Ahmad menolak. Ia lebih memilih menahan lapar daripada memakan yang meragukan.
6. Ibrahim bin Adham: Menanam, Menggiling, dan Memasak Sendiri
Tokoh sufi agung ini berkata:
"كُنَّا نَزْرَعُ بِيَدِنَا، وَنَطْحَنُ بِيَدِنَا، وَنَخْبِزُ بِيَدِنَا، خَوْفًا مِنَ الشُّبُهَاتِ"
"Kami menanam dengan tangan kami, menggiling sendiri, dan membuat roti sendiri, karena takut dari hal-hal yang syubhat."*
Mereka lebih memilih susah, demi menjaga kebersihan hati dan kemurnian amal.
Penutup: Kenapa Wara’ Itu Penting?
1. Makanan adalah sumber energi ruhani. Jika berasal dari yang haram, hati akan menjadi gelap, amal tertolak, dan doa tidak terkabul.
2. Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima kecuali yang baik.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا"
"Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik." (HR. Muslim)
3. Wara’ melindungi iman dari kehancuran.** Orang yang wara’ ibarat orang yang menjaga diri dari tepi jurang. Tidak mudah tergelincir.
Yuk, Latih Wara’ Kita Sehari-hari:
- Cek asal-usul makanan.
- Hindari penghasilan yang samar.
- Tahan diri dari makanan gratis jika tidak jelas sumbernya.
- Jangan remehkan syubhat sekecil apapun. “Siapa yang menjaga diri dari yang syubhat, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
🕌 Semoga kita semua dimampukan untuk mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dan para salafus shalih dalam menjaga makanan kita, agar keberkahan hidup dan kejernihan hati senantiasa menyertai.
No comments:
Post a Comment