2/28/2008

Antara Jembatan dan Labirin

Kadangkala jika kita berjalan dengan tanpa menengok kemana pun, kita seperti berjalan pada sebuah jembatan kecil yang teramat panjang. Bahkan mungkin tujuan yang hendak kita capai terlalu jauh dibanding yang waktu disediakan untuk kita melintasinya. Namun dengan menikmati perjalanan itu barangkali kita akan merasa lebih baik, mencoba untuk sesekali tidak mempedulikan tujuan-tujuan kita, karena toh kita sudah berjalan pada sebuah jembatan yang pasti, jembatan kehidupan. Jembatan yang akan mengantarkan kita pada sebuah titik kejayaan yang hendak kita capai. Tetapi diujung jembatan justru segala titik kejayaan itu akan diakhiri. Lalu dimana kita harus meletakan tujuan dalam meniti jembatan kehidupan ini?

Kadang kita lupa bahwa ternyata segala tujuan yang hendak kita capai justru hanya terletak di tengah jembatan ini, sehingga kita terlena dan justru mengharapkan agar jembatan hidup kita tidak terlalu pendek, karena letak tujuan kita ada di tengah-tengah jembatan. Dan ketika tiba-tiba perjananan yang kita tempuh berakhir begitu saja, seperti jembatan yang patah dan ambrol. Dan saat itulah kita telah terlambat menyadari bahwa, jembatan itu sebuah jalan yang membawa kita pada sebuah pulau misteri yang hanya bisa dilihat dengan mata batin, dengan keyakinan. Dan sama sekali bukan dengan spekulasi, atau dengan sebuah pelarian bahwa jembatan yang kita titi tidak pernah akan berakhir, dan tidak akan berujung dimanapun. Tapi kesadaran dan nalar kita akan tetap membisikan kemata hati kita bahwa jembatan ini akan berujung.

Mempertajam mata hati untuk bisa melihat dengan jelas dan mencoba berpijak pada nalar dan nurani satu-satunya jalan mengakhiri perjalanan kita dengan selamat. Menghadapi sebuah pulau misteri yang bahkan tak pernah terkhayalkan ujudnya. Perjalanan kehidupan adalah sebuah labirin yang berlapis-lapis. Setiap kanalnya diliputi kegelapan yang siap menyesatkan siapa yang lengah dan salah memilih jalan. Tapi di dinding tiap kanal-kanal itu terlukis fatamorgana yang melenakan. Ada aroma ekstasi yang bisa membuyarkan nalar kita terhadap sebuah tujuan akhir di ujung jembatan ini. Kita terjebak pada satu ujung kanal yang buntu, sementara waktu untuk kita melintas semakin berkurang. Dan dalam keadaan ekstase yang begitu indah dan lena tiba-tiba peluit tanda berakhirnya waktu kita melintas ditiup. Dalam kegagapan kita sama sekali terlambat menyadari, bahwa halusinasi dalam puncak ekstase yang nikmat direnggut oleh sebuah kenyataan. Bahwa kita harus dilemparkan ke dalam sebuah pulau misteri yang gulita.

Mungkin apa yang tertulis disini terlalu absurd dicerna, tapi paling tidak bisa dirasakan dan dihayati. Karena memang segala kenyataan di dunia kadangkala penuh dengan ketidakpastian. Sekedar memperkaya kepekaan nurani. Semoga kita tidak tersesat dalam kanal-kanal dalam labirin yang tak terperi.


No comments:

Kepemimpinan dalam Islam

Kepemimpinan Kepemimpinan dalam berfungsi untuk mengkoordinasikan, memimpin dan mengatur setiap pelaksanaan syariat. Ada beberapa istilah ...