Dalam hiruk pikuk kehidupan dunia, ukuran kesuksesan seringkali disempitkan pada capaian-capaian materi: jabatan tinggi, harta melimpah, popularitas, atau pengaruh. Namun, dalam pandangan Islam yang menyeluruh, kesuksesan sejati adalah ketika seluruh keadaan dan potensi manusia diarahkan untuk meraih keridhoan Allah, dan akhirnya mengantarkannya kepada surga yang dijanjikan sebagai tempat kembali terbaik.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
"Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah memperoleh kemenangan (sukses sejati)." QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini menjadi tolok ukur utama dalam menilai keberhasilan hakiki. Dunia dan segala isinya hanyalah fase ujian yang fana, sedangkan kesuksesan hakiki adalah ketika seseorang selamat dari murka Allah dan mendapatkan ridho-Nya.
Potensi Diri dan Arah Hidup
Setiap manusia dianugerahi potensi: akal, hati, waktu, dan tenaga. Sukses bukan semata hasil dari kemampuan memaksimalkan potensi ini untuk kepentingan duniawi, tetapi bagaimana potensi tersebut digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa:
"Kebahagiaan dan keberuntungan sejati ada pada penghambaan yang benar kepada Allah. Maka siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, ia akan tersesat dan binasa, sedangkan siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan, dunia akan tunduk kepadanya."
Potensi manusia baru akan menemukan arti sebenarnya jika digunakan sebagai wasilah (sarana) untuk ibadah bukan semata untuk pencapaian dunia yang fana. Bahkan dunia bisa menjadi fitnah (ujian) jika menjauhkan dari Allah.
Kesuksesan yang Tidak Selalu Sesuai Keinginan Dunia
Tidak sedikit orang yang tampak sederhana, tidak dikenal di dunia, hidupnya tidak bergelimang harta, tapi ia sukses besar di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Betapa banyak orang yang rambutnya kusut, berdebu, dan tertolak dari pintu-pintu (dunia), tapi jika ia bersumpah atas nama Allah, maka Allah pasti mengabulkannya." (HR. Muslim)
Ini menggambarkan bahwa standar sukses di mata manusia tidak sama dengan sukses di mata Allah. Maka jangan heran jika orang yang tampak “biasa” di dunia adalah penghuni surga yang tinggi di akhirat, karena hatinya dipenuhi iman, lisannya sibuk berdzikir, dan hidupnya ditopang kesabaran.
Pandangan Para Ulama tentang Sukses Hakiki
Imam Al-Ghazali dalam *Ihya Ulumuddin* menyatakan:
“Kebahagiaan dan kemenangan bukanlah karena banyaknya harta atau banyaknya pengikut, tetapi karena dekatnya hati kepada Allah dan bersihnya jiwa dari cinta dunia yang melalaikan.”
Begitu pula Imam Hasan Al-Bashri berkata:
“Sungguh aku melihat kaum (sahabat Nabi), mereka menganggap dunia sebagai sesuatu yang hina, dan amal akhirat sebagai satu-satunya kesibukan mereka. Demi Allah, mereka adalah manusia paling sukses."
Kembali Menyusun Ukuran Hidup
Dari uraian di atas, kita diingatkan kembali bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian terhadap dunia, melainkan bagaimana keadaan dan potensi kita digunakan untuk menggapai ridho Allah, bukan sekadar ambisi pribadi.
Kesuksesan bukan soal berapa banyak yang dimiliki, tetapi apa yang diperjuangkan dan untuk siapa kita hidup.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bagi mereka surga Firdaus sebagai tempat tinggal." (QS. Al-Kahfi: 107)
Maka, arahkan potensi dan perjalanan hidup kepada satu tujuan besar: **keridhoan Allah dan surga yang kekal abadi**. Itulah sukses sejati yang tak akan pernah pudar.
No comments:
Post a Comment