Lanjutan dari artikel Sholat Khusyu dan Sholat sa-hun.
Hadits tentang sholat tumakninah adalah
Hadits tentang sholat tumakninah adalah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه أن رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – قالَ « ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ
حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ
كُلِّهَا»
Artinya: “Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (kepada seseorang yang buruk shalatnya): “Kemudian sujudlah sampai
tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian angkatlah sampai tuma’ninah dalam
keadaan duduk, kemudian sujudlah sampai tuma’ninah dalam keadaan sujud,
kemudian angkatlah sampai tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian kerjakanlah
hal itu di dalam seluruh shalatmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits diatas
ketenangan atau tumakninah ada pada tiap-tiap gerakan sholat yaitu dalam
berdirinya, dalam ruku-nya dalam iktidaknya, dalam sujudnya, dalam duduk
diantara dua sujud dan dalam tahyatnya, sesuai dengan perkataan Rasulullah: tsumaf'al dzalika fii sholatika
kullaha (kemudian kerjakanlah
hal itu di dalam seluruh shalatmu).
Lamanya gerakan sholat.
Ada hadits yang
menggambarkan berapa lama Rasulullah melakukan satu gerakan sholat secara
tumakninah: "Sesungguhnya Anas pernah berkata: “Sungguh aku tidak kuasa
Shalat dengan kamu sebagaimana aku pernah melihat Rasulullah SAW. Shalat dengan
kami, yaitu apabila mengangkat kepalanya dari ruku’ beliau berdiri tegak dan
diam sehingga orang-orang menduga bahwa beliau lupa, dan apabila mengangkat kepalanya
dari sujud, beliau diam sampai orang-orang menduga bahwa beliau lupa. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Para sahabat sudah
terbiasa dengan gerakan sholat yang lama dan bacaan yang panjang, sebagaimana
mereka bermakmum kepada rasulullah dengan bacaan Surat Al Baqarah atau Ali
Imran yang begitu panjang. Tetapi ternyata para sahabat masih
"kecele" dengan panjangnya sujud Nabi, sehingga mereka perlu menengok
beberapa kali kearah rasulullah, bahkan mengira beliau lupa.
Dalam hadits yang lain
diceritakan: Aku Shalat bersama Rasulullah pada suatu malam :Rasulullah
senantiasa berdiri lama sehingga ada perasaan yang tidak baik dalam hatiku
(ngedumel) lalu ditanya oleh beliau, “Niat yang tidak baik manakah yang kau
rasakan?”, “Ketika Engkau berdiri lama aku ingin cepat-cepat duduk dan ingin
meninggalkan Shalat bersamamu”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Bacaan sholat tidak
menentukan lamanya suatu gerakan
Banyak orang mengira
bahwa panjangnya satu gerakan sholat sesuai dengan lamanya membaca doa ketika
sholat, padahal Rasulullah mengajarkan: “Adalah bagi Rasulullah SAW. dua kali
terdiam tidak menyebut apa-apa yaitu terdiam ketika membuka Shalat (Iftitah)
dan terdiam ketika selesai membaca Al Fatihah”. (Diriwayatkan oleh Habus Sunan (Banyak
Rawi) dan Wail bin Hajar).
Jadi jika kita selesai
membaca bacaan sholat tidak harus tergesa-gesa melanjutkan gerakan tapi boleh
terdiam untuk menyempurnakan tumakninah kita. Bergerak setelah tenang terlebih
dahulu.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw masuk masjid dan seorang laki-laki juga masuk masjid
melaksanakan shalat, kemudian menghampiri Nabi Saw dan mengucapkan salam
kepadanya, Nabi Saw pun menjawabnya kemudian berkata kepada orang itu:
“Kembalilah, ulangi lagi shalatmu. Karena sesunggunya engkau belum melakukan
shalat!”. Orang itu pun mengulangi shalatnya seperti tadi. Setelah selesai
shalat kemudian mendatangi Nabi Saw dan mengucapkan salam kepadanya. Nabi Saw
pun berkata lagi kepadanya: “Kembalilah, ulangi lagi shalatmu. Karena
sesunggunya engkau belum melakukan shalat!”. Hal ini terjadi sampai tiga kali.
Kemudian orang laki-laki itu berkata: “Demi Dia yang mengutus engkau dengan
kebenaran, saya tidak dapat melaksanakan shalat lebih baik dari ini, karena itu
ajarilah aku”.
Inilah bahkan Rasulullah memerintahkan untuk mengulangi sholat
orang yang tidak tumakninah dalam sholatnya.
No comments:
Post a Comment