Beberapa waktu lalu, beredar di media sosial sebuah video menyayat hati: seorang wanita tua duduk termenung di sebuah panti jompo. Matanya kosong, tangannya bergetar, dan sesekali menoleh ke arah pintu seolah menanti kedatangan seseorang. Belakangan diketahui bahwa ia adalah ibu dari lima orang anak. Dahulu, ia seorang diri berjuang membesarkan mereka—menggendong saat sakit, menahan lapar demi menyuapi, memeras tenaga demi pendidikan mereka. Namun kini, ketika rambutnya telah memutih dan langkahnya tertatih, anak-anaknya justru menitipkannya ke panti jompo dengan alasan kesibukan. Ia dilupakan, padahal dulu tak pernah melupakan.
Fenomena semacam ini menggambarkan sebuah ironi besar: di saat seseorang memiliki kesempatan emas untuk berbakti, mereka justru memilih berpaling. Padahal, tinggal bersama orang tua yang telah renta adalah peluang langka yang Allah berikan sebagai sarana meraih surga. Maka, sungguh merugilah anak yang tidak menjadikan keadaan ini sebagai ladang amalnya.
Dalil Al-Qur’an
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra’: 23)
Ayat ini menegaskan bahwa berbakti kepada orang tua, khususnya saat mereka telah tua renta, adalah perintah langsung dari Allah. Bahkan sekadar berkata "ah" pun dilarang—apalagi mengabaikan dan menelantarkan mereka.
Hadis Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ memperingatkan:
"Celaka! Celaka! Celaka!" Para sahabat bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya lanjut usia, namun ia tidak masuk surga (karena berbuat baik kepada mereka)." (HR. Muslim no. 2551)
Ini adalah peringatan yang sangat keras dari Nabi ﷺ. Betapa besar peluang masuk surga melalui orang tua yang tua, namun betapa banyak pula yang melewatkannya dengan sia-sia.
Pendapat Ulama
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa hadis di atas menunjukkan ancaman bagi siapa pun yang tidak menggunakan keberadaan orang tua yang renta sebagai kesempatan untuk berbuat baik dan meraih surga.
Ibnul Jauzi dalam Birrul Walidain berkata:
"Barang siapa yang mendampingi orang tuanya yang lemah, lalu tidak berusaha membuat Allah ridha melalui mereka, maka sungguh ia telah melewatkan keuntungan besar."
Lebih dari sekadar kewajiban, melayani orang tua yang telah lanjut usia adalah bentuk kesyukuran dan adab seorang anak. Ini juga menjadi cara Allah menguji cinta dan pengorbanan kita kepada keluarga.
Setiap kita, akan jadi orang tua
Setiap anak kelak akan menjadi orang tua. Maka tanyakan pada diri sendiri: apakah aku ingin diperlakukan sama seperti aku memperlakukan orang tuaku sekarang?
Tinggal bersama orang tua yang renta bukan beban, tapi kehormatan. Bukan beban, melainkan jalan mulia menuju ridha Allah dan surga-Nya. Dan merugilah orang yang menyia-nyiakan kesempatan ini, karena pintu surga itu nyata di hadapannya, namun ia memilih untuk membiarkannya tertutup.
No comments:
Post a Comment